Selainitu ada beberapa hal yang mungkin perlu diperhatikan oleh pemerintah perihal kemajuan pendidikan di Indonesia ini : 1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta profesionalisme para tenaga pendidik. 2. Meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik. 3.

UJIAN AKHIR SEMESTER DOSEN Dr. H. Purwadhi, CITA-CITA, TUJUAN DAN CAPAIAN PENDIDIKAN INDONESIA MASA ERA GLOBALISASI Di susun oleh Ida Nurhayati NIM 4103810311014 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG TAHUN 2012 CITA-CITA, TUJUAN DAN CAPAIAN PENDIDIKAN INDONESIA MASA ERA GLOBALISASI BAB I Pendahuluan Latar belakang 1 Laporan undp Mengenai menurunnya peringkat pendidikan Indonesia dari peringkat 65 pada tahun lalu menjadi 69 pada tahun ini cukup menyesakkan dada. Pasalnya, peringkat pendidikan menjadi tolok ukur kemajuan sebuah bangsa. Karena itu, dengan menurunnya peringkat pendidikan tersebut mudah dipahami jika kualitas manusia Indonesia pada umumnya rendah. Padahal, pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing’ atau competitiveness sebagai salah satu pilar visi pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah juga telah memperolah alokasi anggaran sebesar 20% dari APBN khusus untuk pendidikan. Berbagai kebijakan untuk mendukungnya juga telah dibuat, mulai dari perangkat yuridis, seperti Undang-Undang Guru dan Dosen, hingga kebijakan operasional seperti sertifikasi guru, PLPG, Program Pendidikan Guru PPG, Duel Mode, Sekolah Bertaraf Internasional SBI, Ujian Nasional dsb. Semua kebijakan tersebut hakikatnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Berita Kompas, 3/3/2011 2 Tujuan pendidikan Indonesia UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. dadisebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Visi dan misi pendidikan nasional telah menjadi rumusan dan dituangkan pada bagian “penjelasan” atas UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Visi dan misi pendidikan nasional ini adalah merupakan bagian dari strategi pembaruan sistem pendidikan. 3 Visi Pendidikan Nasional Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya system pendidikan sebaga pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. 4 Misi Pendidikan Nasional Dengan visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut i. mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; ii. membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; iii. meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral; iv. meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan v. memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI. Rumusan masalah dan tujuan pembuatan makalah Dalam makalah ini masalah yang akan dirumuskan apakah CITA-CITA, TUJUAN DAN CAPAIAN pendidikan Indonesia masa era globalisasi dan bagaiman arah pendidikan indonesia sebagai suatu kebutuhan dan bekal dalam bermasyarakat Tujuan dalam makalah ini agar dapat memberi solusi dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan CITA-CITA, TUJUAN DAN CAPAIAN pendidikan Indonesia masa era globalisasi dan bagaiman arah pendidikan indonesia sebagai suatu kebutuhan dan bekal dalam bermasyarakat agar martabat dan hajat serta hak-hak azasi manusia terlindungi dan terjaga. BAB II ISI Pendidikan Indonesia salah arah Pendidikan di Indonesia dalam bentuk sekolah telah tercerabut dari akar kesejarahan sistem pendidikan nasional. Pendidikan di Indonesia sudah tidak lagi bertumpu pada nilai-nilai dasar pendidikan yang memerdekakan, pendidikan yang menyadarkan dan pendidikan yang memanusiakan manusia apalagi sampai mampu mengangkat manusia muda ke taraf insani. Pendidikan di Indonesia hanya berorientasi pasar. Pendidikan Indonesia sudah kehilangan arah. Buktinya, pemerintah sekarang sedang menggalakkan pendidikan tingkat satuan pendidikan menengah atas berbasis kerja, yaitu sekolah menengah kejuruan SMK. Selain itu dalam satu dekade terakhir ini di Indonesia, khususnya di daerah jabodetabek ini sedang sangat populer sekali yang namanya sekolah internasional. Trend ini pertama - tama dimmotori oleh sekolah - sekolah swasta yang mendeklarasikan institusinya sebagai sekolah internasioanl yang menggunakan bahasa inggris sebagai bangsa pengantar. Beberapa tahun kemudian, sekolah - sekolah negeri pun mulai mencanangkan diri sebagai sekolah berstandar internasional. Pemerintah berencana akan mengubah pola pendidikan Indonesia dengan perbandingan 70% untuk SMK dan 30% untuk sekolah menengah atas SMA. Lulusan SMA dalam pandangan pemerintah hanya menghasilkan lulusan tidak siap kerja kalau tidak mau disebut pengangguran. Maka, guna mengurangi angka pengangguran, pemerintah melakukan terobosan’ dengan menciptakan SMK. Lulusan SMK dalam pandangan pemerintah lebih siap untuk bekerja dan mengurangi pengangguran. Padahal sekolah sebenarnya bukan fase bekerja. Menurut Pak Tandyo–begitu orang menyapanya–sekolah itu bekal untuk menata hidup yang lebih baik Soetandyo Wignyosoebroto, Guru Besar Emeritus Universitas Airlangga Unair Surabaya. Pendidikan adalah proses hidup. Jadi pendidikan dalam bentuk sekolah bukan untuk bekerja. Pemerintah tidak berpikir jauh hanya menjadikan pekerja-pekerja instan yang jika sudah bekerja mudah juga untuk dikeluarkan. Lalu bagaimana dengan sekolah-sekolah internasional , dimana bahasa inggris menjadi bahasa wajib di kelas. Buku-buku teks pun menjadi bilingual, nilai TOEFL yang tinggi menjadi kewajiban bagi semua murid dan guru. Disaat sekitar 10% pelajar Indonesia duduk di bangku sekolah berkutat dengan bahasa inggris, sekitar 90% lainnya masih bersusah payah hanya untuk belajar baca dan menulis .maaf data ini tidak akurat, hanya perkiraan. Begitu penting kah kemampuan bahasa inggris itu daripada kemampuan 100% orang Indonesia untuk mampu baca dan menulis? Sebenarnya pelajar Indonesia itu hebat hanya kurang pada tingkat literasi saja, dan itu wajar buku-buku itu semakain mahal. Pendidikan Indonesia saat ini, pemerintah dan kita hanya fokus pada golongan minoritas, yaitu golongan menengah ke atas dan siswa - siswa yang berprestasi. Ini sebenarnya bagus, tetapi pemerintah dan kita lupa pada kaum menengah kebawah dan juga yang kurang berprestasi. Akibatnya banyak dari kalangan menengah kebawah dan siswa kurang berprestasi tidak mendapat banyak perhatian, padahal, merekalah yang seharusnya mendapat perhatian. Pemerintah dan kita harus mengakui, bahwa mereka adalah kaum mayoritas di Indonesia. Seringkali pemerintah dan kita meremehkan mereka, padahal mereka adalah kunci pembangunan negara ini. Jika kita ingin negara kita maju dan stabil, maka 100% orang Indonesia harus berpendidikan dan minimalnya bisa baca dan tulis. Pemerintah banyak menghabiskan uang untuk sekolah - sekolah unggulan, namun melupakan sekolah - sekolah lainnya. Bukankah lebih baik memiliki 100 sekolah internasional dengan fasilitas namun 900 sekolah lainnya mempunya kualitas buruk atau memiliki 100,000 sekolah dengan kualitas bagus dan 100% orang indonesia berpendidikan, untuk sekarang ini. Kecenderungan Masyarakat Dalam Era Informasi dan Globalisasi Menurut Badan Perputakaan Nasional, minat membaca masyarakat Indonesia masih 50 persen dan masih minim dibanding negara lain di Asia.Wtr2eck, 1989. Sehingga masih jauh bisa disebut masyarakat masa depan. Masyarakat masa depan adalah masyarakat Informasi Tilaar, 1990. Masyarakat semacam itu memerlukan anggota masyarakat yang dapat memilih dari segala macam alternative. Dengan tersedianya informasi manusia perlu menyusunnya agar dapat bermanfaat untuk mengungkapkan pemikirannya secara jelas. Sejalan dengan itu, buah pikiran yang jelas harus dapat dikomunikasikan secara efektif. Melihat hubungan kepada manusia dengan lingkungannya yang bukan bersifat konfrontatif dan menguasai, maka manusia harus memiliki pemahaman yang jelas tentang lingkungannya. Pendidikan lingkungan hidup, baik lingkungan social maupun lingkungan alam merupakan syarat mutlak bagi manusia abad sekarang. Selanjutnya dengan kemungkinan yang hampir tidak terbatas untuk memperoleh informasi, manusia mempunyai kesempatan luas untuk mengembangkan kemampuan serta potensi pribadinya. Minat baca di Indonesia ternyata tak sampai separuh dari jumlah penduduk Indonesia. Padahal membaca merupakan salah satu cara yang efektif untuk memperoleh informasi dengan mengembangkan kemampuan dan potensi pribadi dan dapat berkembang pesat. Berdasarkan pengalaman Rivai 1994 ada peserta lomba karya ilmiah yang sangat kreatif, inovatif, dan berkemampuan dan kritis. Mereka tidak segan melahap buku pelajaran untuk Perguruan Tinggi bila mereka perlukan. Selanjutnya menurut Rivai kelemahan penyuguhan – penyuguhan buku pelajaran di SMA adalah tidak terbinanya kemampuan anak didik untuk memberikan alternative pada permasalahan yang dihadapi. Sukar dicari produk pendidikan SMA yang mau, dapat, merasa yakin dan mampu menata diri secara otodidak. Padahal kemampuan itu sangat diperlukan pada era Globalisasi. Tantangan yang dihadapi sekarang adalah kurangnya minat baca masayarakat kita. Selain kurang minat membaca, kemampuan membacanya juga tidak tinggi. Membaca merupakan proses interaksi anatra pembaca, informasi yang dituangkan dalam teks, dan karektiristik isi. Tujuan dari membaca adalah membangun makna dari teks tersebut Jones 1985. Dari sudut pandang kognitif, pemahaman membaca merupakan proses yang kompleks dan tersusun dari proses – proses yang saling berkaitan. Cita-Cita, Tujuan Dan Capaian Pendidikan Indonesia “kualitas bukanlah tujuan- tetapi merupakan cara” Siegel dan Byrne 1994, jelas menyatakan persepsi tentang peranan sekolah dan pendidikan Tujuan primer dari gerakan restrukturisasi dari pendidikan saat ini adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Setiap gerakan pembaharuan memiliki karakteristik yang berbeda. Beberapa dari kualitas-kualitas ini bukanlah baru, namun secara pasti beberapa diantaranya di daur ulang dengan cara melakukan modifikasi dan pelabelan kembali untuk suatu tingkatan yang membuat kualitas tersebut tidak diakui oleh sebagian besar orang. Pendidikan berdasarkan hasil akhir atau prestasi adalah sebuah contoh yang baik. Pemerintah dan para pengembang kurikulum sepakat bahwa, dalam satu bentuk atau yang lain, pengembangan kurikulum untuk pendidikan itu meliputi identifikasi tujuan pendidikan. Pengembang kurikulum perlu membedakan antara beberapa istilah yang digunakan untuk mengekspresikan hasil yang diinginkan. Di antara hasil pendidikan atau harapan, maksud, dan tujuan.” 1 CITA-CITA Dari berbagai jenis pendidikan, cita-cita yang paling umum adalah pendidikan seumur hidup yang berarti memberikan arah jangka panjang bagi siswa. Sebagian ditulis untuk tujuan kelompok, sebagian untuk individu. Sebuah contoh yang baik dari maksud pendidikan adalah tujuh urutan prinsip Pendidikan Menengah. Seperti peta jalan lintas-negara, bertujuan membantu kita menuntun kehidupan kita pada umumnya dan tidak dapat dicapai sepenuhnya. 2 TUJUAN Tujuan pendidikan adalah harapan kelompok dan memerlukan waktu mungkin berminggu-minggu, bulan, atau bahkan bertahun-tahun untuk mencapainya. Tujuan berbeda dari cita-cita dalam arti bahwa mereka dapat dicapai, namun banyak juga yang tidak tercapai. Sebuah sekolah tinggi mungkin memiliki tujuan suatu perusahaan, yang nilai prestasi rata-rata untuk semua kelas yang diuji tahun depan akan sama atau melampaui rekan-rekan mereka pada tes tahun ini. Untuk tujuan yang berorientasi kelompok, keberhasilan pencapaian tujuan tidak memerlukan keberhasilan dari masing-masing siswa. 3 CAPAIAN Untuk menghindari kebingungan kita akan menggunakan istilah capaian untuk mengacu pada apa yang diharapkan siswa sehari-hari. Kita juga bisa menggunakan capaian kinerja berjangka, untuk setiap capaian yang mengacu pada kemampuan siswa melakukan tugas-tugas yang dipilih dalam satu atau lebih cara secara spesifik. Sebagaimana Wulf dan Schane 1984, mengatakan, " ada hasil yang tidak terduga atau kejutan karena kedua belah pihak telah sepakat atas produk akhir.” Ketika siswa mengetahui hasil yang diharapkan., mereka biasanya menjadi lebih terlibat dalam tugas-tugas mereka Unger, 1994. Karena capaian kinerja adalah yang paling spesifik dari semua harapan pendidikan, capaian tersebut harus ditulis dalam bentuk yang lengkap. Bagian-bagian berikut memperkenalkan teknik untuk menulis capaian kinerja. Pada dasarnya Indonesia sudah mempunyai itu tetapi entah kenapa itu tidak menyerap kepada seluruh aspek yang terkait pada pendidikan termasuk masyarakat dan pemerintah. Indonesia sudah punya tujuan pendidikan, visi pendidikan juga misi pendidikan. Hanya saja menurut laporan UNDP Nopember 2011, Indonesia kini berada di peringkat 124 jauh dibangding dengan beberapa Negara ASEAN lainnya. Norwegia, Australia, dan Belanda menempati tempat teratas negara terbaik di dunia tahun ini didasarkan pada kriteria kesehatan, pendidikan, dan pendapatan, yang dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia IPM. Yang juga masuk sepuluh besar terbaik daftar yang dikeluarkan badan PBB untuk masalah pembangunan UNDP ini adalah Amerika Serikat, Selandia Baru, Kanada, Irlandia, Jerman, dan Swedia. Namun ketika daftar ini disusun ulang didasarkan pada kriteria pemerataan kesehatan, pendidikan, dan pendapatan di dalam negeri, beberapa negara maju terpental dari daftar sepuluh terbaik. AS misalnya turun dari posisi empat ke posisi 26 sementara Korea Selatan turun dari posisi 15 ke posisi 32. AS turun jauh karena faktor pemerataan pendapatan. UNDP mengatakan IPM mengalami kenaikan besar sejak 1970 yang berarti ada kemajuan besar di bidang kesehatan, pendidikan, dan pendapatan di seluruh dunia. Catatan UNDP menunjukkan 72 negara mengalami perkembangan pesat dalam lima tahun terakhir. Mereka adalah Kuba naik sepuluh peringkat ke posisi 51, Venezuela, dan Tanzania. Kedua negara ini masing-masing naik tujuh posisi ke peringkat 73 dan 152. UNDP juga mencatat dua negara mengalami penurunan, yaitu Kuwait turun delapan posisi ke peringkat 63 dan Finlandia turun tujuh posisi ke peringkat 22. Seperti dikutip dari BBC, dari 187 negara yang disurvei, Indonesia berada di peringkat 124, jauh di bawah Brunei posisi 33 dan Malaysia 61. Namun pencapaian Indonesia masih lebih baik dibandingkan Vietnam peringkat 128, Laos peringkat 138, dan Burma peringkat 149. Survei UNDP ini menempatkan Republik Demokratik Kongo, Niger, dan Burundi di tempat terbawah. Harapan Pendidikan Indonesia Sebagai seorang pendidik, saya merasakan betul dunia batin siswa kita pada umumnya saat ini. Mungkin hanya sedikit di antara mereka yang memegang nilai idealisme, selebihnya lebih pragmatis. Sekadar ilustrasi ada seorang kawan yang mengadakan survei mengenai sosok dosen yang diidealkan. Hasilnya sungguh di luar dugaan. Sosok dosen ideal adalah yang santai, tidak banyak tugas dan memberi nilai murah. Sebaliknya, yang dibenci adalah yang konsisten, disiplin, banyak tugas dan nilainya mahal. Gambaran demikian sesungguhnya merupakan pantulan berkembangnya sikap pragmatisme di kalangan mahasiswa kita. Karena itu, adalah tugas kita semua untuk meluruskan maksud dan niat suci kegiatan pendidikan. Pendidikan bukan sekadar upaya atau sarana orang mencari pekerjaan, melainkan sebuah proses pendewasaan diri untuk bisa hidup bermartabat. Karena merupakan proses pendewasaan diri, maka pendidikan tidak akan pernah berakhir, sekalipun yang bersangkutan telah mapan secara material dalam hidupnya education is life long. Dengan demikian, pendidikan bukan alat means melainkan tujuan ends. Serbagian besar masyarakat kita menganggap pendidikan merupakan alat atau sarana means mencapai tujuan, sehingga begitu tujuan diraih, malka berakhir pula kegiatan pendidikan tersebut. Selain meluruskan tujuan dan niat pendidikan, tugas kita semua juga ntuk menyadarkan bahwa pendidikan merupakan kegiatan kolektif yang melibatkan banyak unsur, mulai siswa itu sendiri, masyarakat, orangtua, pendidik, sarana dan prasarana, manajemen, beaya pendidikan, proses belajar mengajar, hingga campur tangan pemerintah. Belajar dari negara-negara yang sudah maju, kita bisa mengambil pelajaran berharga betapa pendidikan merupakan hajat semua orang. Karena itu, maju dan mundurnya pendidikan merupakan tanggung jawab semua orang. Sebaliknya, di masyarakat kita pendidikan seolah hanya merupakan tanggung jawab guru atau sekolah dan pada tingkat negara pendidikan hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan. Jika demikian cara pandangnya, maka sampai kapan pun pendidikan kita tidak akan pernah bisa semaju sebagaimana di negara-negara yang telah mencapai prestasi puncak dalam pendidikan. Di tengah-tengah hiruk pikuk perpolitikan nasional kita saat ini - dan tampaknya akan terus berlangsung lama - perhatian pemerintah pun bisa tersedot pada hal-hal lain di luar tujuan pendidikan. Karena itu, wajar jika nilai atau prestasi kualitas pendidikan kita menurun dan sulit sekali bangkit dari peringkat 60- 70. Mengatasi permasalahan pendidikan pada saat ini dan di masa mendatang Di Indonesia sebenarnya sudah secara formalitas sudah sangat hebat, secara tertulis rujukan standarisasi pendidikan pun sudah dilakukan, malah mengarah pada reformasi pendidikan. Reformasi pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan agar pendidikan dapat berjalan lebih etektif dan efisien mencapai tujuan pendidikan nasional. Hanya saja reformasi pendidikan adalah proses yang kompleks, berwajah majemuk dan memiliki jalinan tali-temali yang amat interaktif, sehingga reformasi pendidikan memerlukan pengerahan segenap potensi yang ada dan dalam tempo yang panjang. Betapa kompleksnya reformasi pendidikan dapat difahami karena tempo yang diperlukan amat panjang, jauh lebih panjang apabila dibandingkan tempo yang diperlukan untuk melakukan reformasi ekonomi. Setidaknya sekarang sudah ada keinginan pemerintah dan masyarakat untuk melakukan minimal perbedaan pada tingkat implementasi menjadi lebih baik itu sudah sangat hebat. Apalagi mampu mengambil keputusan agar pendidkan di Indonesia mampu melahirkan manusia yang berperan dan mengendalikan globalisasi. Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia 1 Berkomitmen pada Cita-Cita, Tujuan Dan Capaian Pendidikan Indonesia 2 Melaksanakan bahwa pendidikan itu harus i Pendidikan harus mampu mengembangkan peserta didik yang memiliki kemampuan antisipasi ANTICIPATE ii Pendidikan harus mampu mengakomodasi perkembangan IPTEK ACCOMMODATE iii Pendidikan harus mampu melahirkan peserta didik yang mengerti dan mampu mengatasi situasi COPE iv Pendidikan harus mampu melahirkan peserta didik yang mampu mereorientasi perubahan yang terjadi REORIENT 3 Menyikapi dengan bijaksana bermunculannya model-model pendidikan untuk tetap Berkomitmen pada Cita-Cita, Tujuan Dan Capaian Pendidikan Indonesia 4 memusatkan pada empat dimensi Dimensi Kultural-Fondasional, dimensi Politik-Kebijakan, dimensi Teknis-Operasional, dan dimensi Kontekstual BAB III PENUTUP A. Perhatian utama pendidikan di era globalisasi adalah untuk mempersiapkan hidup dan kerja bagi masyarakat. Nilai-nilai keluarga hendaknya tetap dilestarikan dalam berbagai lingkungan pendidikan. B. Paradigma baru pembelajaran ini memberikan peluang dan tantangan yang besar bagi perkembangan profesional, baik pada preservice dan inservice guru-guru kita. C. Hambatan – hambatan dalam pengembangan kurikulum khususnya pada guru. Guru yang kurang berpartisipasi dalam mendesain pengembangan kurikulum karena kurangnya waktu, kekurangkesesuaian pendapat antara guru maupun dengan sekolah atau administrator, karena kemampuan dan pengetahuan guru itu sendiri, hambatan yang lain datangnya dari masyarakat baik dalam pembiayaan maupun umpan balik dari masyarakat terhadap pendidikan dan kurikulum yang berlangsung. D. Fungsi pendidikan dahulu dan sekarang sudah berubah, dalam masyarakat dahulu persekolahan berfungsi untuk memelihara dan meneruskan nilai nilai yang ada sejak dahulu. Sedangkan masa sekarang pendidikan sekarang didasarkan pada filsafat pendidikan, cita-cita, tujuan dan capaian yang jelas SARAN Segeralah system pendidikan Indonesia dirubah sesuai dengan cita-cita, tujuan dan capaian pendidikan Indonesia, dan implementasikan dengan amanah. Jangan sampai kita terlalu melihat pencitraan sehingga hanya mengupyakan masyarakat minoritas, tetapi segeralah kita menyeimbangkan kebutuhan mayaoritas dengan minoritas. Seperti bukan tidak boleh pemerintah membuat sekolah-sekolah kejuruan tetapi mereka jangan dijadikan alat untuk membodohi rakyat, atau bukan tidak boleh ada RSBI-RSBI tetapi semua masyarakat telah siap dengan keberadaanya, jangan sampai masih ada yang buta baca, buta hitung, sekoalh-masih banyak yang ambruk, tetapi kebutuhan RSBI yang sangat besar biayanya tetap jalan terus tanpa ada evaluasi ulang. Semoga pemerintah segera menyadari bahwa pendidikan itu mampu membantu manusia memberikan peran yang terbaiknya di era globalisasi ini DAFTAR PUSTAKA Diakses pada tanggal 6 februari 2011. ESTU DYAH DKK, MAKALAH Curriculum Development for Education Reform Chapter 6 yang berjudul Aims, Goals and Objectives yang ditulis oleh Kenneth Hansen. 2012

Itulahbeberapa hal mengenai peran pendidikan dalam pembangunan nasional beserta cara menciptakan pendidikan yang berkualitas. Kejarcita menjadi platform pendidikan berbasis teknologi yang memiliki visi misi untuk pendidikan merata serta membantu guru dan sekolah untuk ikut berperan dalam peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. Kejarcita turut berperan dalam kualitas pendidikan Indonesia dengan menyediakan layanan platform learning management system melalui kejarcita.id.
Adjat Wiratma Jurnalis dan Praktisi Pendidikan Saat ini kita masuk dalam era yang menuntut bangsa-bangsa di dunia bersaing secara global. Disertai perkembangan teknologi yang semakin canggih, dunia kini masuk ke era revolusi industri, tidak lagi sejumlah negara maju bahkan sudah bicara Demikian pula Indonesia, terus berusaha menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang bebas, cerdas, maju, dan mandiri sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Cita-cita kemerdekaan itu adalah tanggung jawab bersama, dan hanya dapat terwujud jika Indonesia menjadi bangsa yang sadar potensi dan memiliki manusia yang unggul, dan pendidikan harus menjadi modal utama. Di tengah ingar-bingar percaturan politik jelang Pemilu 2019 pada 17 April, sedikit sekali terdengar politisi bicara soal pendidikan. Memberikan perhatian pada pendidikan sekali pun penting, namun tidak "seksi" secara politik elektoral. Pembangunan pendidikan adalah investasi jangka panjang yang hasilnya tidak dapat terlihat dalam waktu dekat. Berbeda dengan membangun infrastruktur, yang dalam satu atau dua tahun dapat dilihat wujudnya, sementara pendidikan butuh waktu puluhan tahun untuk melihat hasilnya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk membentuk manusia yang memiliki kecakapan praktis dan dapat memecahkan masalah sehari-hari dengan baik, dengan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia. Pendidikan adalah fondasi yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, serta memastikan berjalannya roda ekonomi dan sosial. Dengan pendidikan yang baik, ekonomi masyarakat akan meningkat, kesadaran masyarakat terhadap kesehatan juga membaik. Negara-negara maju memiliki perhatian terhadap pembangunan sektor pendidikan yang sangat besar misalnya soal komitmen politik anggaran sektor pendidikan. Kalaupun ada yang mengatakan APBN kita sudah mengalokasikan 20% untuk pendidikan, faktanya masih habis untuk membayar gaji dan perbaikan sarana yang rusak, belum mengarah pada peningkatan kualitas. Badan Pusat Statistik BPS mencatat jumlah angka pengangguran di Indonesia per Agustus 2018 yang mencapai 7 juta orang. Angka tersebut setara dengan 5,34% dari jumlah angkatan kerja di Indonesia yang tercatat sebesar 131,01 juta orang. Ironisnya, penyumbang angka pengangguran paling banyak adalah lulusan sekolah menengah kejuruan SMK, atau dalam arti lain adalah para lulusan yang sudah menyelesaikan jenjang pendidikan menengah atas, 12 tahun bersekolah. Di luar angka itu, jumlah pengangguran jebolan kampus juga masih tinggi. Peringkat pendidikan Indonesia harus diakui masih kalah dibandingkan negara-negara di ASEAN, sebut saja Vietnam. Dengan anggaran yang cukup besar Rp416 triliun atau sebesar 20% APBN, ternyata belum membuat pendidikan Indonesia naik peringkat, padahal angka anggaran itu tak jauh berbeda dengan besaran anggaran pendidikan Vietnam. Tidak heran jika beberapa waktu lalu Menteri Keuangan Sri Mulyani menyoroti dunia pendidikan di Tanah Air. Sri Mulyani juga menyoroti kinerja guru di Indonesia, dari data 4 juta guru yang setiap tahunnya dibayar pemerintah, kinerjanya masih banyak yang tidak kompeten. Visi-Misi Capres-Cawapres Jika mengintip visi-misi pasangan calon presiden dan wakil presiden yang berkontestasi di Pilpres 2019, keduanya punya perhatian pada pendidikan. Masalahnya, visi dan misi milik siapa yang lebih implementatif serta dinilai akan membawa perubahan besar. Dari uraian misi yang disampaikan pasangan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin, pada urutan pertama pasangan ini menuliskan tentang peningkatan kualitas manusia Indonesia, yang salah satunya adalah mengembangkan reformasi sistem pendidikan. Pasangan nomor urut 01 ini dalam banyak kesempatan mengatakan akan melakukan pembangunan sumber daya manusia besar-besaran. Terdengar menarik, namun butuh penjabaran yang konkret. Sementara pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menempatkan misi membangun masyarakat Indonesia yang cerdas di poin kedua. Di mana dari puluhan program aksi, beberapa di antaranya membahas masalah pendidikan. Sayangnya, sejumlah misi yang dijabarkan itu terdengar "usang" atau program-program yang sudah lama menjadi bagian dari pembangunan pendidikan nasional selama ini misalnya saja soal Wajib Belajar 12 Tahun. Pembangunan Berbasis Pengetahuan Jepang adalah negara Asia pertama yang menjadi pelopor pembangunan perekonomian berbasis ilmu pengetahuan, menyusul setelah Jepang adalah negara-negara Asia Timur seperti Singapura, China, Hong Kong, dan Korea Selatan. Tidak diragukan lagi, Korea punya komitmen yang kuat dalam membangun pendidikan. Langkah ekspansif dilakukan Pemerintah Korea Selatan antara 1960 dan 1990-an dengan memperluas akses pendidikan bagi segenap warga negara. Jika Indonesia baru memulai wajib belajar pada 1984, mereka sudah memulainya sejak 1965. Dalam perkembangannya, mereka menyadari bahwa pendidikan dasar merupakan bagian dari public good. Mereka mengalokasikan anggaran lebih besar untuk pendidikan dasar dibandingkan level menengah dan tinggi. Setiap negara punya faktor-faktor perbedaan budaya, struktur masyarakat, dan sebagainya, termasuk Indonesia, sehingga tidak serta-merta semua yang diterapkan di negara-negara lain itu bisa di-copy paste untuk diterapkan di Tanah Air, negara ini harus mentransformasi dirinya sendiri. Strategi Pembangunan Pendidikan Dibutuhkan strategi yang utuh menuju Indonesia Maju dan Menang dalam persaingan global. Tentu ini bisa dicapai melalui pembangunan pendidikan di antaranya dalam peningkatan pemerataan kesempatan pendidikan. Semua warga negara diberikan akses pendidikan yang sama. Meski sudah ada KIP, tapi masih ada anak warga marginal yang kesulitan mendapatkan layanan pendidikan karena urusan administrasi kependudukan seperti tidak punya KTP domisili dan akta kelahiran. Layanan pendidikan juga termasuk menyediakan guru berkualitas untuk semua sekolah di mana pun berada sehingga guru-guru berkualitas tidak hanya bisa ditemukan di sekolah-sekolah yang berada di kota besar. Selanjutnya tentang peningkatan relevansi pendidikan dengan pembangunan. Salah satu konsep yang digunakan adalah link and match antara materi ajar dengan kebutuhan di lapangan. Hal ini untuk menjawab tingginya angka pengangguran lulusan sekolah. Salah satu yang mendesak adalah implementasi kewirausahaan pada tingkat pendidikan menengah dan atas, hingga dengan sendirinya akan mendorong para lulusan untuk tidak bersikap pasif dan putus asa saat tidak mampu melanjutkan pendidikan, tetapi akan terangsang untuk mencari berbagai alternatif yang bisa mereka lakukan. Strategi berikutnya adalah fokus pada peningkatan kualitas pendidikan. Penerapan strategi ini harus dimulai pada jenjang PAUD, TK, SD, hingga SMA/SMK. Pengelolaan pendidikan sudah tidak berfokus pada aspek kuantitas, namun berfokus pada aspek kualitas. Profesionalisme Guru Dalam manajemen pendidikan, guru memiliki peran penting dalam menentukan output pendidikan. Peran sentral itu berkaitan dengan tugas guru mentransfer ilmu pengetahuan, yang memberikan pengaruh pada cara berpikir, bersikap, dan berprilaku peserta didik. Dengan perkembangan global sekarang ini, tugas dan pekerjaan guru pun semakin berat. Masih banyak guru yang menunjukkan tidak mau mengembangkan diri. Misalnya kurang memahami administrasi sekolah, guru belum memahami bagaimana mengelola kelas dengan baik, guru kurang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, dan jiwa kewirausahaan guru juga rendah. Selain soal prilaku guru, hal lain yang juga mendera guru saat ini adalah tentang kesejahteraan mereka. Hal yang mendesak bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah melakukan langkah konkret dalam meningkatkan kualitas dan kompetensi guru dengan membuat pemetaan standar guru di Indonesia. Banyak kebijakan dan program strategis yang dapat dikembangkan pemerintah untuk menjawab tantangan yang berkembang sekarang. Masalah pendidikan ini tentu bukan hanya ditujukan kepada capres, cawapres, menteri, tapi juga para anggota DPR, caleg, dan stakeholder. Jangan sampai, semua seolah tertelan masalah politik kekuasaan semata. Mengingatkan kembali bahwa salah satu cita-cita bangsa Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, bidang pendidikan memegang peranan penting. Siapa pun capres-cawapres yang terpilih nanti harus mempunyai komitmen yang besar memajukan pendidikan Indonesia.rhs
7 Pancasila merupakan ideologi terbuka, maksudnya adalah. a. membuka diri menerima semua kemajuan yang ada. b. menerima kemajuan pengetahuan sesuai dengan kepribadian. c. dapat menerima kemajuan jika menguntungkan. d. perpaduan dari berbagai ideologi bangsa lain. e. terbuka untuk dibicarakan bersama dengan bangsa lain.
Oleh Aris Adi LeksonoHakikat pendidikan adalah mengubah kondisi tidak tahu menjadi tahu, dari tidak sadar menjadi sadar, dari statis menjadi dinamis, dari apatis menjadi peduli dan inovasi lainnya. Perubahan positif yang ditimbulkan juga diharapkan berjalan sistematis dan terus-menerus. Pada posisi kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan memiliki peran yang sangat penting, terutama dalam kontribusi dalam upaya mewujudkan cita-cita kebangsaan yang tertuang dalam pembukaan UUD dalam konteks kebangsaan, sistem pendidikan idealnya selaras dengan arah pembangunan bangsa dan negara, serta cita-cita kemerdekaan Indonesia. Sebagai yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945, "Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."Spirit cita-cita kemerdekaan yang hakiki juga telah mendorong lahirnya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dengan rumusan Pasal 3 "Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab". Sedikit membuat analisisa dari kedua rumusan tersebut, jika hakikat pendidikan untuk perubahan lebih baik, sesuai cita-cita kemerdekaan, maka seakan ada aspek yang butuh proses yang cukup panjang untuk dapat mewujudkan cita-cita kemerdekaan dengan rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut. Satu contoh, kata adil dalam cita-cita kemerdekaan, dengan kata apa tujuan pendidikan nasional menjawab untuk mendukung terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sementara pada sistem pendidikanlah, harapan masa depan bangsa dan negara mendalamnya, benarkah sistem pendidikan nasional dengan ketimpangan rumusan tujuan, akan dapat menghantarkan bangsa Indonesia ke gerbang kemerdekaan yang hakiki? Bagi kaum behaviorisme jawabannya "pasti bisa" dengan tetap membangun romantisme masa lalu. Tapi bagi kaum konstruktivisme jawabannya "on going process", tapi tak tahu proses itu akan mencapai atau mendekati tujuan utama. Secara taktis untuk mendukung terwujudnya tujuan pendidikan nasional telah diterapkan dan dikembangkan berbagai model kurikulum pendidikan. Mulai kurikulum 2006 hingga kurikulum 2013. Mulai dari penekanan pada kompetensi kongnitif, psikomotor, hingga afektif. Mulai dari transfer pengetahuan, pengalaman, pengamalan hingga karakter. Tapi alih-alih mendekati mencapai tujuan pendidikan atau tujuan kemerdekaan. Faktanya indeks korupsi semakin naik, budaya baca semakin lemah, tradisi dan budaya yang mencerminkan nilai Pancasila semakin luntur. Padahal mestinya proses yang berjalan itu bergerak mendekati tujuan. Tentu tidak bisa dinafikan bahwa memang ada faktor global yang mempengaruhi laju mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang selaras dengan cita-cita kemerdekaan pidato yang disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama dalam Pengukuhan Pimpinan Pusat dan Rapat Kerja Nasional di Lombok, NTB, 25/02 bahwa orientasi pendidikan nasional harus diluruskan kembali sesuai cita-cita kemerdekaan Indonesia. Sebagaimana yang diberitakan oleh media NU Online, bahwa "pendidikan selama ini, bisa dikatakan gagal. Sebab, pendidikan selam ini tidak mampu mewujudkan cita-cita luhur kemerdakaan. Tanda-tanda adil secara merata, kesejahteraan, masih jauh karena pelaku keadilannya belum berorientasi sejak menjadi pelajar. Orientasi pendidikan saat ini, hanya memproduksi murid yang menjadi pegawai, baik negeri maupun swasta; buruh pabrik. Oleh karena pendidikan berorientasi pegawai, maka jadinya, hanya menjadi pegawai saja. Mereka yang menantikan tegaknya keadilan dan kesejahteraan hanya terus menanti. Orientasi pendidikan yang dimaksudkan adalah menciptakan peserta didik yang kreatif dan berdaya saing tinggi, serta memiliki akhlak yang baik. Orientasi pendidikan, lembaga pendidikan harus melahirkan cendekiawan yang menerangi, anak didik pemimpin dunia dan bangsanya yang mengutamakan keadilan dan kesejahteraan. Pendidikan yang menggerakan anak didik menjadi konglomerat yang berorientasi kepada kesejahteraan".Sejalan dengan itu, menurut Paulo Freire, dengan konsep pendidikan alternatif mencoba mengembalikan fungsi pendidikan sebagai alat yang membebaskan manusia dari berbagai bentuk penindasan dan ketertindasan, atau bisa disebut dengan usaha untuk "memanusiakan manusia" humanisasi. Dengan menggunakan pendekatan humanis, ia membangun konsep pendidikannya mulai dari konsep manusia sebagai subyek aktif. Manusia adalah makhluk praksis, yakni makhluk yang dapat beraksi dan berefleksi dengan menggunakan dari pandangan tokoh Pergunu, Asep Saifuddin Chalim dan Sang Inisiator gagasan pendidikan alternatif, Paolo Fiere adalah adanya spririt memerdekakan dalam setiap paradigma pendidikan menjadi sangat penting. Karena disitu nilai luhur kebangsaan akan terus terjaga, serta akan maju dan berkembang bersama atas nama bangsa dan negara. Bukan pendidikan yang justru menimbulkan kesenjangan antara di kaya dan si miskin, si birokrat dengan rakyat jelata. Jika orientasi pendidikan tidak didasari cita-cita kemerdekaan yang berkelanjutan, maka selamanya akan terbawa kedalam jurang komitmen semua pihak untuk menggerakkan ruh cita-cita kemerdekaan Indonesia dalam orientasi pendidikan nasional. Pemerintah selaku pemegang kebijakan harus konsisten dan adil terhadap paradigma pendidikan yang akan dijalankan. Berikan kepercayaan kepada masyarakat untuk tumbuh dengan karakteristik unik yang dimilikinya. Indonesia pernah memiliki sejarah sukses dalam mengembangkan pendidikan kerakyatan, yang mampu menjelma menjadi kekuatan kebangsaan sebagai paradigma pembebasan dari belenggu kolonialisme. Taman Siswa Ki Hajar Dewantara, memiliki orientasi khas keindonesiaan, dengan ciri pendidikan karakter dan kemandirian. Sekolah Kartini, mampu membangun spirit perjuangan emansipasi perempuan, tapi tetap menjujung nilai budaya keindonesiaan. Tak kalah hebatnya, Pendidikan pesantren yang sampai saat ini telah memiliki kontribusi besar terhadap perjuangan bangsa dan negara. Sudah sajauh mana sistem pendidikan kita, berkontribusi pada upaya mewujudkan cita-cita kemerdekaan? Wallahu' adalah salah satu Ketua Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama Pergunu
Dalamhal ini penjajah sebagai lawan bicara yang tidak perlu dilibatkan yang sudah pasti menolak atau menghalangi, maka tepatnya menggunakan kata "kami". Sekarang tahun 2018 , 90 tahun berselang cita-cita sumpah pemuda tetap adanya, meski sudah tercapai kemerdekaan 17 -8 - 1945, melewati gejolak , refomasi 1998. Bukupedoman siswa dalam belajar Bahasa Indonesia sesuai kurkulum 2013 Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Percobaan Sains Sederhana. by Abdur Rahman As`Ari and Veny iswantiningtyas. Download Free PDF Download PDF Download Free PDF View PDF. Permen 37 Tahun 2018 61. KI-KD SD SMP SMA Lengkap
Jawaban: Salah satu cita-cita kemerdekaan Indonesia yang belum tercapai menurut saya adalah beberapa kalimat dalam penggalan paragraf yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi :
a0d10d. 42 203 386 111 85 276 164 169 4

cita cita bangsa indonesia dalam bidang pendidikan akan tercapai jika